SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA INI

Dengan adanya blog ini, semoga siswa semakin ternatu untuk mempelajari Bahasa Indonesia

Pembelajaran Membuat Iklan Produk

Dengan kegiatan ini, diharapkan siswa mengetahui dan mampu membuat iklan, imbauan, dan slogan sederhana

Antologi Puisi Siswa

Antologi puisi siswa merupakan sarana bagi siswa untuk unjuk bakat dalam bersastra dan berbahasa

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 03 Maret 2012

NILAI ULANGAN HARIAN KELAS 8C

NO. NIS NISN NAMA SISWA NILAI
1 3720 9981447646 ANUGRAH FARDHAN 70
2 3721 9984274592 DAFIQ FIKRI UTOMO PUTRA
3 3722 9970275764 DESTIFANNY AYU ASRI
4 3726 9983657595 HIDAYATI 65
5 3729 9961140236 MELFIANA DIAH FITRIASARI
6 3730 9982322284 MEYTHA NUGRAHA NINGTYAS 50
7 3731 9985049388 MOCH. ALBAIHAQI DIFA ANANDA 50
8 3740 9976553075 RIDHA PARAMASTRI 65
9 3743 9986811841 RIZKY GILANG RAMADHAN
10 3749 9984717017 ALFI RHONA BASITHA
11 3750 9977055517 ASTRI CHOMEIDA HANDINI 50
12 3755 9985715766 FATIAH IKA WITARDIANSARI 65
13 3756 9975818347 GATRA KUSUMA 75
14 3763 9981448506 MASFUFATUS SHOFA
15 3766 9985049392 MUHAMMAD HANDAL SYAMAD YUNIOR 65
16 3771 9986433607 REZALDI ANNUR MUHAMMAD 65
17 3773 9981428448 SOFIA RAHMAWATI
18 3775 9980273796 ZAFERI FEBI SAPUTRI 68
19 3777 9986930127 AGIL RAHMATULLAH WITJAKSONO 70
20 3781 9971625374 ANUGRAH RAMADHAN
21 3784 9980273954 FADIL PRASKA MAULANA 45
22 3785 9984879830 FAJAR KRISNA ADIYOGA 75
23 3787 9980273768 FITROTIN AZIZAH 68
24 3796 9980258788 RIZMA NABILLAH 70
25 3798 9983657618 SHABIHAH AGUSTIARMA PUTRI 70
26 3801 9985712832 TRY WAHYUDI 70
27 3805 9970251770 RAHAYU TINA ARUMITA 78
28 3806 9984274009 RAFIF AKBAR IFANSYAH
29

AULIA 70

Jumat, 02 Maret 2012

NILAI ULANGAN HARIAN KELAS 7C

NO. NIS NISN NAMA SISWA NILAI
1 3867 9991409444 ABIYYU MURFID 78
2 3868 9997974063 AJENG HARYA ARTANTI 80
3 3869 9993891083 ALIF FITRA ANGGORO DARMAWAN
4 3870 9990232365 ANNISA AURELIA EKSANANDA 85
5 3871 9990124859 ARDIANSYAH ISHAK
6 3872 9990255405 AUFA NUR FAIDA 70
7 3873 9980299127 DESINTA ARVIANTI 85
8 3874 9993981834 EZRA FAREZI ARTHA
9 3875 9970275712 FARIDHATUL MASRUROH 70
10 3876 9985711606 FENDY JULYANTO
11 3877 9980251732 HAMZAH MUHAMMAD IQBAL AZIZ 80
12 3878 9994233337 IKHSANUZUL TARIQ B.
13 3879 9995656630 INAS KHANSA AMIRAH 85
14 3880 9990252153 MACHFIRA MIFTAHUL JANAH
15 3881 9985716470 MUHAMMAD MASRUR ROUF
16 3882 9990266053 NADHIRA SURYANINGSIH B.
17 3883 9994371952 NAUFAL DZAKI RAMADHANY 90
18 3884 9973789663 NOVIA HIDAYAH KARTIKA 85
19 3885 9990254608 RAMADANI DEVIAN PRASETYO 70
20 3886 9991845326 RIFQY MUHAMMAD ATHALA DHIPTA P.
21 3887 9993709973 RIZQI NAUFAL HARIANTO 85
22 3888 9994179150 SAFFANA 65
23 3889 9992102652 TANYA AZZAHRA DINDA KIRONO
24 3890 9991845329 TEGUH AHMAD ABDURRASYID
25 3891 0000111297 VIRA VIANIKA FEBRIANI
26 3892 9988332499 WAHYU AGUNG NUGROHO 60
27 3893 9982906046 FATIMAH KAMBELU CUT MUTIA CINDY A.

NILAI ULANGAN HARIAN KELAS 8A

NO. NIS NISN NAMA SISWA NILAI
1 3718 9980299099 ALIF DWI PRASETYO
2 3724 9985049382 FARIDA RAHMA SALSABILLA 85
3 3727 9985714659 KERIKIL ABABIL 60
4 3728 9980273646 LUQMAN FARIZ FIRDAUS 60
5 3732 9985049390 MOCH. ANDRE KURNIAWAN 50
6 3733 9980273781 MOHAMMAT RIZAL 60
7 3737 9980258085 PINANGGI WAHYU LESTARI 60
8 3738 9986433389 P. NURUL IZAH 55
9 3742 9983699635 RIZKI DWI PRADANA 50
10 3745 9974998928 WIWIN INDAYANI
11 3746 9970275678 ACHMAD ZAINI NAWAWI
12 3748 9986434623 AGUNG CAHYA GUMILAR 50
13 3751 9985697708 BAGAS PRAKOSO UTOYO 65
14 3753 9983657587 DAFFA MUTHIA BESTARI
15 3754 9970257114 FAHMI WAHYU PAKARTI 70
16 3757 9974357051 GILANG NUANSA RAHMAN
17 3767 9971420601 MUHAMMAD KHARIS FIKRIL ABDI 78
18 3768 9980273703 NURUL FADHILAH MAULIDYA 80
19 3772 9980310064 SHANIA YUNUS 80
20 3774 9970255045 SURYANING FATMA WIGATI 55
21 3778 9982243446 AINUN KHOIRUN NISA 75
22 3780 9980296293 ANNAS WALUYO JATI 60
23 3786 9974522274 FEBRIAN ISLAMI AL CHAKKI
24 3789 9982266732 MOCHAMMAD AZNAL ZAKRI
25 3790 9980273666 M. REFORMA MUFIN MUBAROK





27 3794 9970275744 RACHMA BUDIANI 70
28 3797 9981922393 RIZQI PUTRI ASHARI 75
29 3800 9973186486 SYHABUDIN BASTOMI ABDILAH 50
30 3803 9985049416 ZACKIA FATHUR ROZAQ

RESENSI RANAH 3 WARNA

Ranah 3 Warna adalah sekuel dari trilogi Negeri 5 Menara yang ditulis Ahmad Fuadi. Buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup Alif di tiga ranah, Bandung , Amman, dan Saint Raymond. Fyi, cerita di buku ini terinspirasi oleh kisah nyata penulis. Cobaan Bertubi-Tubi
Alif yang baru saja lulus dari Pondok Madani bertekad untuk masuk perguruan tinggi negeri, menyusul Randai yang sudah lebih dulu masuk ITB. Persaingan sejak kecil dengan Randai membuatnya gigih untuk belajar dan lolos tes UMPTN. Ia pun berniat meminjam buku bekas teman-temannya dahulu agar bisa menguasai pelajaran-pelajaran yang akan diujikan. Semangatnya menggebu-gebu saat itu. Namun, satu pertanyaan dari Randai sempat menciutkan semangatnya itu.

Pertanyaan itu memang membuat peluang masuk PTN mengecil, tapi itu tak membuat Alif patah arang. Malah ia menjadi tertantang untuk membuktikan bahwa lulusan pesantren—yang tak mempunyai ijazah—bisa masuk universitas negeri. Ia akan buktikan ke semua orang bahwa segala tantangan berat akan bisa dihadapi dengan sungguh-sungguh dan usaha keras. Man jadda wajada.

Meski impiannya untuk kuliah di jurusan Teknik Penerbangan ITB pupus—gegara kemampuan dan waktu yang tersedia saat itu tak cocok dengan impiannya—Alif tetap serius untuk ikut UMPTN. Ia memutuskan untuk masuk jurusan Hubungan Internasional. Menurutnya, pilihannya ini akan membawanya terbang jauh ke Amerika, negara yang ia ingin kunjungi.

Baru beberapa bulan menjalani kuliahnya, Alif sudah keteteran mengejar ketertinggalan. Tidak hanya nilai yang menuai hasil buruk, ia yang bertekad menghidupi sendiri uang kuliahnya justru terserang tipes. Alif sudah tak tahan lagi dengan cobaan yang terus menimpanya. Pada fase inilah dia merasa bahwa kalimat Man jadda wajada tak ampuh lagi. Dia butuh mantra lain yang lebih ampuh, yakni Man Shabara Zhafira, siapa yang bersabar akan beruntung. Dia akan terus bersabar dengan ujian yang bertubi-tubi menimpanya. Dia ikhlaskan segala takdir yang akan terjadi padanya. Alif yakin, bahwa di ujung kesabarannya itu ada hadiah yang bakal menantinya.

Sangat brilian!
Fuadi lihai menggunakan premis siapa yang bersabar akan beruntung di buku keduanya. Setelah sukses menyihir ratusan ribu pembaca di Indonesia dengan kalimat sakti Man jadda wajada di buku pertama, Fuadi sekali lagi melakukannya dengan mantra barunya, Man Shabara Zhafira. Sungguh, ini merupakan konsep penulisan yang ciamik (subjektif). Mengajak pembaca tanpa harus memaksa-maksa. Memberi motivasi, tapi bukan dengan kata-kata hiperbola yang melambung tinggi. Menunjukkan kebajikan tanpa berusaha menjadi tetua teladan. Dia menampakkan sifat rendah hatinya di buku ini, selain di kehidupan nyata.

Kalaulah ada improvisasi (peningkatan kualitas) dari buku sebelumnya, itu adalah diksi (pilihan kata) yang ia gunakan. Di buku pertamanya dia memang masih terlihat malu-malu menampakkan lema dari bahasa Melayu. Berbeda dengan buku kedua, Ranah 3 Warna sungguh memiliki nuansa kata yang kaya. Fuadi tak segan untuk menampakkan jati dirinya sebagai orang Melayu dari karakter Alif (meski secara teori mereka berdua bukan orang yang sama). Banyak pantun yang berserakan di lembaran buku ini. Kalimat-kalimat yang terangkai pun khas Melayu. Ya, Fuadi di buku ini jelas menunjukkan dia asli Minangkabau, orang asli Melayu.

Tidak berhenti di situ, sifat pantang menyerah dan kesabaran yang Alif tunjukkan dalam menghadapi cobaan membuat saya merasa malu. Malu karena saya yang masih diberi nikmat jarang bersyukur. Malu karena dengan dua tangan dan dua kaki belum banyak berbuat apa-apa. Malu karena di saat mahasiswa lain memikirkan nasib rakyat bawah, justru saya berhaha-hihi di sebelah tumpukan komik gramet. Malu karena buku yang saya baca tak ada secuil dari koleksi teman-teman yang ingat akan cita-citanya. Malu karena saya hanya bisa duduk diam menyaksikan televisi di saat kalian berteriak-teriak menyuarakan nasionalisme. Apa…? Sebetulnya apa yang sudah saya perbuat untuk bangsa ini? hati ini pun mulai mempertanyakan idealisme yang tumbuh di dalam diri.

Kembali ke buku Ranah 3 Warna, Alif mulai sadar akan dirinya. Ia harus membiayai dirinya sendiri dengan bekerja. Meski ia harus berjibaku dengan barang-barang sales, ia tetap percaya jalan itu pasti ada. Meski kuliahnya tak lagi dibiayai ayahnya. Meski ia banyak mengutang di sana-sini. Meski hidupnya tak tentu arah dan tak pasti akan bagaimana hari selanjutnya. Hari esok adalah kejutan baginya. Meski cobaan terus datang, dia tetap percaya bahwa jalan itu ada di depan dan harus terus melangkah. Dengan kerja keras dan kesabaranlah dia bisa sampai pada titik tertinggi. Barang siapa yang menabur benih, niscaya akan menuai panen (betul begini, ga?). Alif yakin bahwa takdir itu adalah rezeki manusia dari Tuhan yang paling baik buat makhluknya.

Sebuah paradoks. Ketika berada di negeri ini, rasanya nasionalisme tak pernah berada di posisi klimaks. Biasa. Tak bermakna primer. Yah, begitulah. Namun, saat berada di negeri yang jauh dari rumah, sungguh, nasionalisme tumbuh sangat kilat. Itulah perjalanan Alif di Benua Amerika. Di Kanada, Alif menunjukkan dirinya sebagai rakyat Indonesia yang bangga akan tanah airnya saat upacara bendera.

Kemudian, tentang pacaran. Tentu kalau kita bicara soal anak muda tak lepas dari apa yang dinamakan cinta. Biasanya, cinta mereka tercermin dalam ikatan yang dinamakan pacar. Fuadi sedikit banyak mengajak kita (anak muda) untuk melihatnya sebagai sesuatu yang serius. Maksudnya, hubungan pacar itu jangan digeneralisasi sebagai gaya hidup wajar. Itulah tindakan Alif ketika berhadapan dengan Raisa. Di situ dia sangat jeli dan hati-hati menempatkan nasihat Islam sebagai suatu gaya hidup yang benar.

Diksi dan Gaya Penulisan
Di buku kedua ini Fuadi sudah belajar banyak. Ranah 3 Warna berkembang ke arah yang lebih baik. Luar biasa. Namun, ada beberapa poin yang mengganggu saat saya membaca. Dan itu sudah ada di buku pertama Fuadi. Yeah, tepat sekali, sodara-sodara, gaya penulisannya masih seperti wartawan. Itu mengganggu. Sangat mengganggu buat saya. Sering kali kejadian-kejadian yang harusnya ‘begini’ malah terkesan biasa layaknya berita di koran. Sisi sastra (perasaan) tak begitu terasa, jadinya. Tidak jarang topik yang dinarasikan tak sampai. Terhitung, saya tak lebih dari tiga kali mengeluarkan air mata. Cukup tiga kali saja,memang, harusnya bisa lebih banyak. Ya, gaya wartawannya itu masih mengganggu saya sampai sekarang.

Poin selanjutnya yang mengganggu adalah penggunaan diksi. Bolehlah diksinya tambah kaya, namun tidak jarang pemakaian diksinya itu tidak tepat alias kurang pas. Saya yakin ini pendapat pribadi, tapi inilah yang saya rasakan ketika membacanya.

Ketiga, masalah EYD dan penyusunan kalimat. Entah kenapa dengan buku-buku lain saya tak terlalu perhatian. Hanya buku Fuadi saja saya bisa bicara banyak soal kesalahan-kesalahan itu. Lebih dari sepuluh coretan di buku saya adalah tanda yang saya buat untuk kesalahan-kesalahan editor itu (itu termasuk banyak atau sedikit, sih?).

Terakhir, karakter-karakter yang dibuat tidak terlalu kuat. Kadang saya tak bisa bedakan antara Agam dengan Wira. Oke, Wira itu ganteng dan kulitnya putih, saya tahu itu. Tapi ketika sedang mengimajinasikan mereka, saya kesulitan. Deskripsi yang Fuadi buat kurang kereng, sepertinya. Sekali lagi, ini masalah gaya penulisan.

(Dikutip dari berbagai sumber)

RESENSI NOVEL NEGERI 5 MENARA


udul buku : Negeri 5 Menara
Pengarang : A. Fuadi
Penerbit : PT Gramedia Pusat Utama
Kota tempat terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2009
Tebal : xiii + 423 halaman
Harga : Rp 50.000,00

Alif Fikri yang berasal dari Maninjau, Bukittinggi, adalah seorang anak desa yang sangat pintar. Ia dan teman baiknya, Randai, memiliki mimpi yang sama: masuk ke SMA dan melanjutkan studi di ITB, universitas bergengsi itu. Selama ini mereka bersekolah di madrasah atau sekolah agama Islam. Mereka merasa sudah cukup menerima ajaran Islam dan ingin menikmati masa remaja mereka seperti anak-anak remaja lainnya di SMA. Alif mendapat nilai tertinggi di sekolahnya yang membuatnya merasa akan lebih terbuka kesempatan untuk Amak (Ibu) memperbolehkannya masuk sekolah biasa, bukan madrasah lagi. Namun Amak menghapus mimpinya masuk SMA. “Beberapa orang tua menyekolahkan anaknya ke sekolah agama karena tidak cukup uang untuk masuk ke SMP atau SMA. Lebih banyak lagi yang memasukkan anaknya ke sekolah agama karena nilainya tidak cukup. Bagaimana kualitas para buya, ustad, dan dai tamatan madrasah kita nanti? Bagaimana nasib Islam nanti? Waang punya potensi yang tinggi. Amak berharap Waang menjadi pemimpin agama yang mampu membina umatnya,” kata Amak yang membuat harapan anaknya masuk SMA pupus.

Dengan membaca pembuka novel tersebut, dapat dengan mudah kita menerka nuansa apa yang akan kita rasakan sampai pada selesainya novel ini. Ya, nuansa Islam. Pembukaan ini merupakan pembukaan yang baik di mana pembaca dapat berharap banyak dan berimajinasi akan jadi apa Alif ini. Pemimpin negara? Atau pemimpin besar agama? Sayangnya sampai akhir, penulis kurang mampu memperlihatkan dinamika dalam cerita. Klimaks cerita kurang menonjol sehingga pembaca merasa dinamika cerita sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca akan merasa cerita belum selesai setuntas-tuntasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena penulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebih-lebihkannya. Mungkin akan lebih baik jika penulis membuat konflik-konflik yang lebih tegang atau menuliskan ending yang lebih memukau pembaca.

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat menarik. Ringan, deskriptif, dan mengalir serta mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai macam bahasa daerah. Di dalam novel ini terdapat bahasa daerah Maninjau, Medan, Sunda, dan Arab. Tidak tertinggal catatan kaki di bagian bawah yang menjelaskan arti dari kata tersebut. Ungkapan-ungkapan dan peribahasa juga terdapat dalam penulisannya, seperti “man jadda wajada” yang paling sering dicantumkan. “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.” Ungkapan-ungkapan seperti ini sangat penting dalam sebuah novel karena mampu memberikan semacam trade mark yang membuat novel ini lebih terkenang di hati pembaca.

Novel ini menceritakan berbagai kisah sederhana kehidupan di Pondok Madani, pesantren modern yang akhirnya menampung Alif di dalamnya. Suka, duka, persahabatan, dan pengajaran-pengajaran PM yang sederhana namun mengena. PM berbeda dengan sekolah agama lainnya karena di sini para murid dilatih untuk menjadi intelektual dan mampu menganalisa berbagai ilmu dari sudut pandang Islam. Sehari-harinya mereka wajib menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Jika melanggar, tidak mungkin tidak terlepas dari hukuman. PM sangat ketat dengan pengawasan dan kedisiplinannya.

Biarpun masuk karena terpaksa, namun Alif mulai menyukai kehidupan di pondok. Terlebih lagi, ia sangat menikmati hidup persahabatannya dengan Sahibul Menara – sebuah sebutan penghuni PM terhadap Alif dan 5 teman lainnya – yang selalu berkumpul di bawah menara tertinggi di Pondok Madani. Mereka adalah Said, Baso, Raja, dan Atang. Persahabatan lekat yang dijalin bersama sangat cukup menjadi penghiburan bagi Alif. Tapi di satu sisi ada kegelisahan mengetahui teman baiknya – Randai – sudah masuk SMA terbaik yang pernah mereka idamkan bersama, sudah melewati masa SMA dengan penuh tawa, dan dengan bahagia berhasil merebut impian mereka tertinggi: masuk universitas di ITB. Pertanyaan “jadi apa aku nanti?” terus terngiang dalam kepalanya mengingat ijazah PM tidak diakui walaupun sangat diakui di luar negeri.

Satu lagi kelebihan novel ini. Pembaca tidak akan bosan membaca kehidupan di pondok karena penulis rupaya menggunakan alur campuran. Ia memulai cerita dengan mengambil setting Alif yang sudah bekerja lalu mulai masuk ke dalam ingatan-ingatan Alif akan kehidupannya dulu di Pondok Madani. Setelah cukup panjang menceritakan tentang pondok, ia mulai beralih lagi ke kehidupan Alif masa sekarang.

Novel ini dapat menjadi satu pengharapan bagi Indonesia, setidaknya masih ada pemuda di luar sana yang rela memberikan dirinya dipakai masa depan. Bukan menempatkan masa depan di tangan sendiri untuk ia tentukan. Merupakan satu penghiburan bahwa masih ada orang-orang yang sungguh-sungguh rela belajar dan mengasah diri untuk dapat memberikan sumbangsih pada dunia, terutama pada tanah airnya sendiri. Namun novel ini juga dapat menjadi kisah yang mengiris hati karena menyadarkan kita bahwa hampir tidak ada generasi muda yang seperti itu, bahkan mungkin.. Termasuk kita sendiri?
(Dikutip dari berbagai sumber)

NILAI ULANGAN HARIAN KELAS 7B

NO. NIS NISN NAMA SISWA NILAI
1 3839 9990124924 ALDI SURYA ARIPUTRA 70
2 3840 9992084215 ALDO RIZKY RACHMADANI
3 3842 9981461417 BRILLIANSYAH ALDIVIAN TSANIE
4 3843 9992886880 CHOIRUN NISA' 100
5 3844 9990232614 DEBBY MUFIDA FAHTIN 85
6 3845 9993541394 DIAN NURYULIATI PRATIWI 85
7 3846 9980277023 DIMAS ADITYA RAY ISWARA
8 3847 999553769 DINARJAT FEBRIANGGIE KURNIA AKBAR
9 3848 993981832 FAHMI ALIF WAKFIUDDIN
10 3849 9972582131 FARIZ ALWAN NOVANTAMA 70
11 3850 9995531769 FEBBY ISAN KURNIASARI 72
12 3852 9990124934 FITRIANA INDRYANSARI 70
13 3853 9990232583 HAULA ZAHRAH BAHTIAR 72
14 3854 9990140833 JULIAN RAKA FIRMANSYAH
15 3855 9992081562 KARINA AULIA RACHMAD
16 3856 9993891136 LAYLYYATUS SYRIFAH NURALYA 85
17 3857 9988677467 MOCHAMAD WAHYU ANDRIANSYAH
18 3858 9995895249 NAUFAL HANIFI RIANTSANI 68
19 3859 9995656652 RAHMA ISNATA ASAR 70
20 3860 9988672070 RAMADHAN KARISMANDA 60
21 3861 9988673176 RIZKY AKBAR PUTRO
22 3862 9980273789 RIZKY SATYA NOVANTO
23 3863 9996672918 SEFRYNDO KRISNA EKA HIDAYAH 45
24 3864 9985698660 SOFIYANA RESA
25 3865 9996566413 TANRI ANDITA WICAKSONO 65
26 3866 9990124944 ZAKINAH RIZKY UTAMI SOFYAN
27

PINKAN DESINTA PRATIWI
28

NIDA' AZMI 90

NILAI ULANGAN HARIAN KELAS 8B

NO. NIS NISN NAMA SISWA NILAI
1 3717 9981428092 AFAF SATYA FARCHAN NAJID 50
2 3719 9980273757 ALMAN MAULANA 60
3 3723 9990087969 FADHILAH MU'MINAH
4 3725 9976553049 HAWARI ALI SAKTI X
5 3734 9986433764 MUHAMMAD ALI RAFLI 40
6 3735 9980273653 MUHAMMAD ANAS ARDHANA 73
7 3736 9975455755 NURUL MURSYIDAH 75
8 3739 9980273982 REDDY MERSELLIYAH RINANDA
9 3741 9961389882 RIKKY BAGUS SANTOSO 55
10 3744 9982306921 TANIA ARZA SAAT 68
11 3747 9971625424 ADIKA DWI BEKTI NURDIANSYAH 75
12 3752 9986434339 CHOLIFATUL ROSYIDAH 85
13 3758 9980449359 GUNTUR ADI SAPUTRO 80
14 3760 9983699334 ILHAM YUSUF ZULKARNAIN 95
15 3761 9975456157 KARTIKA CAHYANINGTYAS 75
16 3762 9977055521 KUSAIRI SAPUTRA 75
17 3764 9971304108 MOCHAMMAD BAGAS PRASETIYO
18 3765 9977055551 MUHAMMAD ANDIKA BAKTI WIBAWA 75
19 3769 9985049394 RANA PUTRI ARSYAM 50
20 3770 9981487527 REVIANDY ARDIYANTO 70
21 3776 9986433754 AFRILITA RUSI 55
22 3779 9985049409 ANISA AYU IDHAWATI 55
23 3782 9980254930 DESI DWI PRATIWI 60
24 3783 9970310934 DHIEMAS SEPTIAN KURNIA AKBAR 55
25 3788 9983817016 IZZAH HIDAYATURROHMAH 70
26 3791 9982724547 MUHAMAD FARIS MATIN
27 3793 9985697699 NUR FIRMAN MAULANA 78
28 3795 9972344710 RATNA AYU FADILLAH 80
29 3802 9988714249 WILDAN RAMA HARDIANSYAH
30 3804 9974357157 GILANG BUDI BASKORO

CANTIK ITU LUKA

Bagi saya, “Cantik Itu Luka” karya Eka Kurniawan adalah merupakan sebuah terobosan literer di dalam khazanah sastra Indonesia. Cukup lama saya merasa tak mendapatkan kepuasan optimum setiap kali selesai membaca sejumlah novel-novel karya penulis asli Indonesia, yaitu semenjak terakhir kali saya membaca “Olenka” karya Budi Darma. Dan baru kali ini saya memperoleh kembali kenikmatan itu, setelah saya menyelesaikan pembacaan saya yang kedua kalinya atas “Cantik Itu Luka.”

Menarik untuk dicermati, bahwa “Cantik Itu Luka” adalah sebuah novel yang menawarkan begitu banyak alternatif kemungkinan pembacaan, dan oleh karena itu ia jauh dari kata membosankan. Ia tidak saja menawarkan sebuah fiksi dengan latar sejarah yang digarap dengan pendekatan yang cukup komprehensif, namun juga didukung oleh resensi dan riset penulisan yang cukup lengkap.

Dalam banyak hal, “Cantik Itu Luka” telah berhasil menampilkan persingunggan dengan fakta yang cukup rinci dan sekaligus mendetail. Di sisi lain, karya tersebut memiliki kesadaran yang sangat kuat atas keberadaannya sebagai sebuah karya fiksi, yang dengan bebas melakukan manufer-manufer yang nyaris tak terbatas, bahkan hingga yang paling liar sesuai dengan kekuatan imajinasi sang pengarang.

Dalam novel ini, secara jenial Eka berhasil meramu begitu banyak aspek permasalahan, beragam peristiwa, dan juga berbagai karakter manusia yang multi dimensional, hingga menjadi sebuah adonan yang luar biasa kaya dan mengenyangkan. Bila coba kita urai satu persatu, maka akan kita temukan berbagai hal yang berkaitan dengan fakta-fakta sejarah, legenda dan juga mitos, kondisi sosio-kultural masyarakat dari berbagai bangsa, sisi-sisi psikologis manusia yang paling wajar hingga kepada yang paling absurd, sampai pada romantika dari hubungan cinta, seksualitas dan kebencian yang demikian rumit dan berbelit sekaligus.

Tapi ia tak berhenti sampai di situ, ia juga menampilkan masalah-masalah pelik yang berhubungan dengan aspek ideologis, politis hingga filsafat. Yang antara lain muncul dalam sosok seorang preman, seorang partisan, seorang syudanco, serta seorang pelacur kelas atas yang sekaligus seorang ibu dari sejumlah anak gadis. Dan Eka juga membawa kita menelusuri sejumlah proses pencarian jati diri dari beberapa orang anak manusia, serta konflik-konflik kejiwaan para tawanan perang dan penderitaan para jugun ianfu, hingga perjuangan manusia dalam upaya menegakkan harkat kemanusiaanya untuk dapat meraih kemerdekaan dan kebebasan.

Di luar itu semua, dengan fasih Eka juga berbicara tentang berbagai fenomena yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau gaib, supranatural dan juga misteri, serta yang berkaitan dengan masalah kanuragan dan kedigdayaan hingga masalah penyimpangan seksual. Semua itu mampu ia lebur menjadi satu menjadi sebuah karya yang tidak saja apik, namun sanggup mengocok imajinasi pembaca hingga melampaui batas-batas realitas dan juga ilusi, fakta dan fiksi sekaligus.

Inilah sebabnya mengapa saya berani mengatakan, bahwa “Cantik Itu Luka” adalah merupakan sebuah terobosan literer di dalam khasanah sastra Indonesia. Ia telah melampaui semua batas-batas pencapaian yang telah dilakukan oleh para penulis pendahulunya. Ia tidak berhenti sebagai sebuah fenomena realisme absurd sebagaimana “Olenka” dan “Rafilus” karya Budi Darma. Ia juga mampu mengupas problematika seksualitas dan kisah percintaan dengan latar sejarah menjadi sebuah drama dan sekaligus epik yang menggugah sebagaimana trilogi “Ronggeng Dukuh Paruk” nya Ahmad Tohari, dan dwilogi milik Ayu Utami “Saman” dan “Larung.”

Karakter-karakter tokoh dalam “Cantik Itu Luka” terasa begitu komplet dan kaya. Dalam banyak hal, mereka juga terasa begitu hidup. Sekilas mereka memang tampak berkesan main-main, namun di dalam upaya main-main itu mereka juga sekaligus bisa sangat serius. Memang, banyak karakter-karakter di dalam novel ini yang digambarkan oleh sang penulis dengan cara sedemikian rupa, hingga memberi kesan komikal. Namun bukan berarti mereka tidak memiliki kedalaman. Menurut pengamatan saya, sebagian besar karakter bahkan telah berhasil menampilkan sisi yang paling tragis dan paling ironis dari kehidupan manusia yang sesungguhnya.

Sedikit kelemahan barangkali adalah karena Eka terlampau berani menafikan logika justru kepada hal yang menurut saya sangat mendasar. Bahwa ada beberapa hal, yang menurut saya tetap membutuhkan sebuah penjelasan logis. Dan itu yang tidak berhasil saya temukan sampai kisah ini berakhir. Seperti misalnya dalam kasus mayat sang tokoh utama yang hidup lagi setelah puluhan tahun itu. Walaupun bengkoknya logika tersebut tak mengurangi kenikmatan saya dalam membaca. Namun, rasa ingin tahu atas dasar apa Eka membuat “absurditas” itu menjadi suatu hal yang dapat diterima sebagai kewajaran dalam sebuah fiksi dengan latar sejarah, tetap saja menyisakan sebuah ganjalan di dalam diri saya.

Bagaimanapun patut saya katakan, bahwa masa depan sastra Indonesia banyak bergantung kepada orang muda seperti Eka Kurniawan. Ia tidak berhenti sebagai seorang pendongeng yang cerdas dan sekaligus piawai memainkan alur cerita, dan menggambarkan watak serta karakter tokoh-tokohnya dengan cara yang demikian hidup. Namun lebih daripada itu, harus saya akui bahwa ia mempunyai sebuah visi yang jauh melampaui pemikiran penulis-penulis yang sebaya atau bahkan lebih tua dari usianya.

(Dikutip dari berbagai sumber)

Kamis, 01 Maret 2012

LINK BAHASA

Untuk mengakses kamus Bahasa Indonesia Daring,silakan klik link di bawah ini

KAMUS BAHASA INDONESIA DARING



ULANGAN HARIAN KELAS 7

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang logis!

1. Berikan contoh kalimat (masing-masing dua buah) dengan menggunakan majas
a. hiperbola
b. personifikasi
c. sinekdoke

2. Lengkapi puisi di bawah ini sesuai dengan ekspresimu dan gunakan kalimat
bermajas personifikasi!

LAUT YANG RAMAI

Laut mendadak ramai
deburan ombak terseret angin
ke tengah samudera itu
sedang di bibir pantai
orang saja menari-nari

Laut mengundang sehamparan gunung samudera
datanglah dari penjuru segala
melihat kami menari
..............
..............
..............

3. Berikan contoh masing-masing dua kalimat!
a. kalimat mengandung kata denotasi
b. kalimat mengandung kata konotasi

4. Tentukan kalimat utama dan gagasan utama paragraf di bawah ini!

Tembok Besar China berlubang selama dua hari. Kesempatan langka ini
dimanfaatkan penduduk China untuk "jalan-jalan" ke luar. Apakah tembok tebal
Great Wall di China benar-benar bolong? Tentu tidak. Tembok Besar yang dimaksud
di sini adalah sistem penyensoran Internet milik pemerintah China, yang diberi
nama "Great Firewall of China". Namun, pagar Internet milik China ini
benar-benar terbuka selama dua hari, pada 27-28 Feabruari 2012.
selama dua hari, pada 27-28 Feabruari 2012.

5. Berikan contoh dua kalimat perintah!